25/10/11

Mc Donald’s: Reproduksi Gaya Hidup


Mari bicara tentang Mc Donald’s. hanya saja bukan makanan, hamburger, kentang goreng, dan semacamnya yang hendak kita bicarakan, melainkan sebuah reproduksi gaya hidup: sebuah konteks kebudayaan dalam proses pengembang-biakkab dari apa yang disebut sebagai mass culture atau kebudayaan massa.
Mengunjungi Mc Donald’s akan terbesit tema pokok : “Mc Donald’s tidak hanya membuat makanan, tetapi juga mencetak manusia”. Dia tidak hanya menciptakan hamburger tetapi kebudayaan. Dia bukan hanya urusan perut, tetapi juga gaya hidup.
Yang terjadi di sini sebenarnya memang proses produksi yang mengikuti desain kebudayaan berupa standarisasi dalam skala global. Ini bukan hanya soal hamburger lalu nyam-nyam-nyam, tetapi refleksi yang bagus bagi pemahaman tentang kebudayaan massa.
Ray A. Kroc (1903-1984), pelopor dan penggagas Mc Donald’s, bukan hanya membuat hamburger lezat, selesai, melainkan seperti Ezra Pound,penyair dan kritikus seni yang menajdi “dewa” kaum avant grade: ia mengungkapkan “bahasa baru” sebagai awal dari proses yang lebih besar. Proses itu, kalau mau didefinisikan sederhana : menciptakan “manusia hamburger”.
Melihat secara langsung kegiatan di kelas Universitas Hamburger di Oak Brook, ini bukan bercanda, tetapi sungguhan, Mc Donald’s mendirikan Universitas Hamburger, sebenarnya melihat bahwa bukan makanan yang mereka proses, tetapi konsumen. Yang distandarisasi bukan hanya makanannya tetapi juga konsumennya.
Kalau mencoba menganalisa dari segi semiotika, di sini terjadi proses internalisasi bahasa dan tanda-tanda. Mengkonsumsi Mc Donald’s artinya bukan hanya mengisi perut, tetapi juga elevasi (atau reduksi?) kebahagiaan manusia yang sadar akan perlunya makanan dan kebiasaan makan sehat.
Masa perang dingin telah berlalu. Penetrasi “ideologi” tidak lagi lewat paksaan moncong senapan, melainkan tawaran yang damai, nyaman, menyenangkan. Dalam bahasa sehari-hari orang Amerika: have fun.
Ketika pertama kali Mc Donald dibuka di Sarinah, Jakarta, sekitar 20 tahunan lalu. Bambang N. Rachmadi, boss Mc Donald’s Indonesia, saat itu samapi tidak tahu jam berapa restorannya harus ditutup.

Proses “amerikanisasi” pun telah berlangsung tanpa kita sadari.


Bre.R

Salam Tya sinor : )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar