Mari bicara
tentang Mc Donald’s. hanya saja bukan makanan, hamburger, kentang goreng, dan
semacamnya yang hendak kita bicarakan, melainkan sebuah reproduksi gaya hidup:
sebuah konteks kebudayaan dalam proses pengembang-biakkab dari apa yang disebut
sebagai mass culture atau kebudayaan
massa.
Mengunjungi Mc
Donald’s akan terbesit tema pokok : “Mc Donald’s tidak hanya membuat makanan,
tetapi juga mencetak manusia”. Dia tidak hanya menciptakan hamburger tetapi
kebudayaan. Dia bukan hanya urusan perut, tetapi juga gaya hidup.
Yang terjadi di
sini sebenarnya memang proses produksi yang mengikuti desain kebudayaan berupa
standarisasi dalam skala global. Ini bukan hanya soal hamburger lalu
nyam-nyam-nyam, tetapi refleksi yang bagus bagi pemahaman tentang kebudayaan
massa.
Ray A. Kroc
(1903-1984), pelopor dan penggagas Mc Donald’s, bukan hanya membuat hamburger
lezat, selesai, melainkan seperti Ezra Pound,penyair dan kritikus seni yang
menajdi “dewa” kaum avant grade: ia
mengungkapkan “bahasa baru” sebagai awal dari proses yang lebih besar. Proses itu,
kalau mau didefinisikan sederhana : menciptakan “manusia hamburger”.
Melihat secara
langsung kegiatan di kelas Universitas Hamburger di Oak Brook, ini bukan
bercanda, tetapi sungguhan, Mc Donald’s mendirikan Universitas Hamburger,
sebenarnya melihat bahwa bukan makanan yang mereka proses, tetapi konsumen. Yang
distandarisasi bukan hanya makanannya tetapi juga konsumennya.
Kalau mencoba
menganalisa dari segi semiotika, di sini terjadi proses internalisasi bahasa
dan tanda-tanda. Mengkonsumsi Mc Donald’s artinya bukan hanya mengisi perut,
tetapi juga elevasi (atau reduksi?) kebahagiaan manusia yang sadar akan
perlunya makanan dan kebiasaan makan sehat.
Masa perang
dingin telah berlalu. Penetrasi “ideologi” tidak lagi lewat paksaan moncong
senapan, melainkan tawaran yang damai, nyaman, menyenangkan. Dalam bahasa
sehari-hari orang Amerika: have fun.
Ketika pertama
kali Mc Donald dibuka di Sarinah, Jakarta, sekitar 20 tahunan lalu. Bambang N.
Rachmadi, boss Mc Donald’s Indonesia, saat itu samapi tidak tahu jam berapa
restorannya harus ditutup.
Proses “amerikanisasi”
pun telah berlangsung tanpa kita sadari.
Bre.R
Salam Tya sinor
: )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar