Badak (Inggris: rhinoceros atau rhino) adalah lima spesies hewan dari famili Rhinocerotidae, ordo Perissodactyla yang kesemuanya berasal dari Afrika
atau Asia. Famili ini memiliki karakteristik: berukuran besar,
dapat mencapai lebih dari satu ton; satu atau dua cula di bagian
tengah dahi, yang jika berjumlah dua, salah satu terletak di depan yang lainnya
(tidak bersisian); herbivora; kulit
tebal, 1.5 - 5 cm, terbentuk dari lapisan kolagen. Badak memiliki indra pendengaran dan penciuman yang
tajam, tapi tidak dapat melihat jauh. Sebagian besar badak dapat hidup melebihi
40 tahun.
Berbicara mengenai badak, saya sangat tertarik karena
sedang terjadi polemik mengenai badak di Taman Nasional Ujung Kulon. Seperti yang
saya ketahui, Populasi Badak Jawa bercula satu di Balai Taman Nasional
Ujung Kulon (TNUK) kian terancam punah akibat perburuan yang dilakukan
masyarakat sekitar. Menurut Kepala Balai (TNUK), Puja Utama, saat ini jumlah
populasi Badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon diperkirakan tinggal 60 ekor
lagi. Oleh karena itu, pihaknya terus melakukan pengawasan keamanan di sekitar
kawasan TNUK karena Badak bercula satu termasuk binatang langka di dunia.
Masih menurut Puja, keterbatasan
aparat polisi hutan (jagawana) juga mengakibatkan bebasnya para pemburu masuk
ke Kawasan TNUK yang luas lahannya ribuan hektare itu. Alih-alih untuk menjaga
populasi badak, pemerintah setempat memasang pagar berkawat listrik di sekitar
TNUK. Meski menuai banyak protes, proses pembuatan pagar beraliran listrik ini
terus di lanjutkan.
Demikian dikemukakan Direktur
Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Darori, di Bandung, Selasa
(13/9/2011). Dia ditemui usai peluncuran Pusat Konservasi Primata Jawa yang
terletak di Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung.
"Kami sudah mengadakan
evaluasi terhadap rencana pemagaran taman nasional dan intinya kami akan terus
melanjutkan hal itu. Menteri Kehutanan juga sudah memberi isyarat lampu
hijau," kata Darori. (KOMPAS.COM)
Menurut Darori, rencana
pemasangan pagar ini untuk jalan perusahaan, cara ini sudah dilakukan oleh Way Kambas,
jadi Menhut tetap memutuskan untuk membangun terus jalan dan pagar di TNUK.
Di tempat terpisah, Kepala TNUK Agus Priambudi
menambahkan bahwa pemagaran wilayah seluas 3.000 hektar tetap dilakukan dengan
tujuan melindungi populasi badak agar dapat berkembang biak. Rencananya kawat
berduri akan dipasang sepanjang 22,7 Km.
Menurut Darori, kepunahan badak
itu datang dari berbagai macam faktor, diantaranya kehabisan makanan, berkelahi
dengan satwa lain, dan tertular penyakit. Menurutnya, efek dari pagar listrik
itu hanya memberikan efek kejut, dan tidak mematikan satwa.
Sementara itu, Menhut Zulkifli
Hasan, mengatakan pembangunan pagar listrik di Ujung Kulon itu karena ada badak
yang harus dilestarikan karena populasiya turun terus hanya tinggal 19 ekor. Menurutnya
kalau di diamkan saja, akan punah lima tahun lagi, rencananya kandanga badak
akan dipisahkan dengan banteng, karena banteng menularkan penyakit cacing pita.
Di lain pendapat, menurut Haryo
T. Wibisono dari HarimauKita, pemagaran yang disertai pembangunan koridor untuk
lalu lintas justru akan beresiko, Kalau satwa tidak diawasi dengan baik, bisa
mempermudah perburuan.
Haryo
mengkhawatirkan habitat Taman Nasional Ujung Kulon yang akan terpilah-pilah dan
mempermudah perambahan hutan. Haryo juga menyebutkan bahwa pemagaran sah-sah
saja jika mengakomodasi isu ekologi dan sosial.
Dan pada akhirnya, pembuatan
pagar dan jalan tersebut tetap dilanjutkan, karena disini memang pemerintah
yang memegang kendalinya. Kita hanya bisa berharap semoga apa yang dilakukan
tetap yang terbaik dan menimbulkan hasil yang baik. Karena apapun pilihannya
tetap ada resiko yang akan kita tanggung.
Salam Tyasinor : )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar