20/10/11

BADAK=PAGAR LISTRIK !!!


Badak (Inggris: rhinoceros atau rhino) adalah lima spesies hewan dari famili Rhinocerotidae, ordo Perissodactyla yang kesemuanya berasal dari Afrika atau Asia. Famili ini memiliki karakteristik: berukuran besar, dapat mencapai lebih dari satu ton; satu atau dua cula di bagian tengah dahi, yang jika berjumlah dua, salah satu terletak di depan yang lainnya (tidak bersisian); herbivora; kulit tebal, 1.5 - 5 cm, terbentuk dari lapisan kolagen. Badak memiliki indra pendengaran dan penciuman yang tajam, tapi tidak dapat melihat jauh. Sebagian besar badak dapat hidup melebihi 40 tahun.
Berbicara mengenai badak, saya sangat tertarik karena sedang terjadi polemik mengenai badak di Taman Nasional Ujung Kulon. Seperti yang saya ketahui, Populasi Badak Jawa bercula satu di Balai Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) kian terancam punah akibat perburuan yang dilakukan masyarakat sekitar. Menurut Kepala Balai (TNUK), Puja Utama, saat ini jumlah populasi Badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon diperkirakan tinggal 60 ekor lagi. Oleh karena itu, pihaknya terus melakukan pengawasan keamanan di sekitar kawasan TNUK karena Badak bercula satu termasuk binatang langka di dunia.
Masih menurut Puja, keterbatasan aparat polisi hutan (jagawana) juga mengakibatkan bebasnya para pemburu masuk ke Kawasan TNUK yang luas lahannya ribuan hektare itu. Alih-alih untuk menjaga populasi badak, pemerintah setempat memasang pagar berkawat listrik di sekitar TNUK. Meski menuai banyak protes, proses pembuatan pagar beraliran listrik ini terus di lanjutkan. 

Demikian dikemukakan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Darori, di Bandung, Selasa (13/9/2011). Dia ditemui usai peluncuran Pusat Konservasi Primata Jawa yang terletak di Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung.
"Kami sudah mengadakan evaluasi terhadap rencana pemagaran taman nasional dan intinya kami akan terus melanjutkan hal itu. Menteri Kehutanan juga sudah memberi isyarat lampu hijau," kata Darori. (KOMPAS.COM)
Menurut Darori, rencana pemasangan pagar ini untuk jalan perusahaan, cara ini sudah dilakukan oleh Way Kambas, jadi Menhut tetap memutuskan untuk membangun terus jalan dan pagar di TNUK.
 Di tempat terpisah, Kepala TNUK Agus Priambudi menambahkan bahwa pemagaran wilayah seluas 3.000 hektar tetap dilakukan dengan tujuan melindungi populasi badak agar dapat berkembang biak. Rencananya kawat berduri akan dipasang sepanjang 22,7 Km.
Menurut Darori, kepunahan badak itu datang dari berbagai macam faktor, diantaranya kehabisan makanan, berkelahi dengan satwa lain, dan tertular penyakit. Menurutnya, efek dari pagar listrik itu hanya memberikan efek kejut, dan tidak mematikan satwa.
Sementara itu, Menhut Zulkifli Hasan, mengatakan pembangunan pagar listrik di Ujung Kulon itu karena ada badak yang harus dilestarikan karena populasiya turun terus hanya tinggal 19 ekor. Menurutnya kalau di diamkan saja, akan punah lima tahun lagi, rencananya kandanga badak akan dipisahkan dengan banteng, karena banteng menularkan penyakit cacing pita.
Di lain pendapat, menurut Haryo T. Wibisono dari HarimauKita, pemagaran yang disertai pembangunan koridor untuk lalu lintas justru akan beresiko, Kalau satwa tidak diawasi dengan baik, bisa mempermudah perburuan.
Haryo mengkhawatirkan habitat Taman Nasional Ujung Kulon yang akan terpilah-pilah dan mempermudah perambahan hutan. Haryo juga menyebutkan bahwa pemagaran sah-sah saja jika mengakomodasi isu ekologi dan sosial.
Dan pada akhirnya, pembuatan pagar dan jalan tersebut tetap dilanjutkan, karena disini memang pemerintah yang memegang kendalinya. Kita hanya bisa berharap semoga apa yang dilakukan tetap yang terbaik dan menimbulkan hasil yang baik. Karena apapun pilihannya tetap ada resiko yang akan kita tanggung.

Salam Tyasinor : )







Tidak ada komentar:

Posting Komentar