14/10/11

MAU PAKAI BAJU APA HARI INI ???


Tidak mempermasalahkan latar belakang agama atau budaya, yang saya pikirkan khususnya bagaimana cara kita berpakaian yang rapi dan sopan. Perbedaan agama dan latar budaya yang beragam khususnya di Indonesia, membuat cara berpakaian kita sangat heterogen. Ditambah, dengan masuknya budaya luar yang entah kenapa sangat digandrungi oleh banyak kalangan (yang saya perhatikan loh).
Indonesia, sebagai negeri timur, pada awalnya sangat memperhatikan tata cara berpakaian yang sopan, ini mengesampingkan budaya budaya tertentu atau daerah tertentu yang masih memegang tradisi kebudayaannya. Namun, seiring zaman bergulir, tata cara berpakaian kita mulai beragam, karena pengaruh budaya luar dan perkembangan zaman itu tadi.
Papua contohnya, Koteka pasti kita sering mendengar kata itu. Pakaian asli orang Papua ini, sempat menimbulkan kontroversial beberapa tahun lalu. Tradisi berpakaian ala Koteka yang digunakan oleh orang pedalaman Papua, dianggap tidak layak dan tidak bermartabat. Tetapi, dari sisi orang Papua, koteka adalah pakaian resmi orang Papua. Segala macam cara dilakukan untk memberantas Koteka di Papua,khususnya di Wamena, ibukota Kabupaten Jayawijaya.
Secara bertahap, sosialisasi mengenai gerakan pemberantasan koteka pun mulai digalakkan. Gubernur Frans Kasiepo (1964-1973) mulai menyosialisasikan kepada masyarakat mengenai pakaian yang sehat, sopan, dan bermartabat. Kemudian dilanjutkan dengan kampanye antikoteka oleh Gubernur Soetran.

Sosialiasi dilanjutkan Acub Zainal, Busiri Suryowironoto, dan Gubernur Isaac Hindom. Pada masa pemerintahan Gubernur Barnabas Suebu (1988-1993) dan Yacob Pattipi (1993-1998) mulai dilakukan kampanye antikoteka di Pegunungan Tengah. Puluhan ton pakaian dijatuhkan di beberapa kecamatan dan kampung-kampung di Pegunungan Tengah yang merupakan basis koteka.
Tetapi, kampanye antikoteka dengan cara itu tidak banyak membantu masyarakat koteka. Satu dua potong pakaian yang dibagi kepada masyarakat tidak bertahan lama. Pakaian itu dikenakan terus siang-malam, dan tidak dicuci sampai hancur di badan. Pada tahun 1980-an ketika ratusan manusia koteka datang dari distrik terpencil ke Wamena, ibu kota Kabupaten Jayawijaya, serta-merta mereka melihat kemajuan di kota itu. Para manusia koteka pun berusaha menyesuaikan diri dengan perkembangan yang ada. Secara bertahap mereka tidak lagi memakai koteka duduk di dalam angkutan umum, bergabung dengan warga pendatang di dalam angkutan.
Penasihat Dewan Adat Papua, Ramses Ohee, mengemukakan, tidak semua budaya dan tradisi asli Papua harus dipertahankan. Budaya dan tradisi yang dinilai sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman, menghambat pembangunan, dan bertentangan dengan nilai moral, agama, kesopanan dan kehidupan sosial masyarakat hendaknya diperbarui.
Pakaian lazimnya adalah yang menutup tubuh kita dari kepala hingga ujung kaki. Dengan pakaian kita bisa mencerminkan siapa diri kita. Fungsi dari pakaian salah satunya untuk menunjang tinggi kesusilaan, memenuhi kebutuhan kesehatan, dan memenuhi kebutuhan keindahan.
Berpakaian sopan dan rapi tidak berarti menjadikan kita berpenampilan kuno atau ketinggalan zaman. Berpakaian sopan artinya tidak memperlihatkan tubuh kita kepada orang lain.  Cara kita berpakaian menginformasikan kepada orang lain bagaimana seharusnya mereka memperlakukan kita, apakah dihormati atau dijahili.
Sekarang tergantung kita sendiri mau orang lain memandang kita seperti apa?? Just be your self.
Salam, tya sinor ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar